Allah Ta’ala berfirman:
یَوۡمَ لَا یَنفَعُ مَالࣱ وَلَا بَنُونَ، إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبࣲ سَلِیمࣲ
“Pada hari itu (kiamat), tiada berguna harta dan keturunan laki-laki kecuali bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” Q.S. Asy-Syu’ara: 88-89
Setiap muslim membutuhkan waktu-waktu khusus untuk menyendiri dengan Rabbnya. Mengingat dosa dan kesalahannya untuk bertaubat dan menangisi kedurhakaan yang selama ini dia lakukan. Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam manusia terbaik di muka bumi saja beristigfar kepada Allah dalam sehari sampai 70 kali atau seratus kali bahkan lebih. Lalu, bagaimana lagi dengan kita?!
Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam juga bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307)
Imam Nasa’i meriwayatkan dengan sanad jayyid dari Ibnu Umar. Beliau berkata, “Bahwa dirinya mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca,
أستغفر الله الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه
‘astaghfirullahalladzi laa ilaha illa huwal hayyul qayyum wa atuubu ilaih’ dalam sebuah majelis sebelum bangkit sebanyak 100 kali.” (lihat Fath Al-Bari oleh Ibnu Hajar, 11: 115)
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ’anhu mengatakan, “Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosa-dosanya seolah-olah dia sedang duduk di bawah sebuah gunung. Dia takut apabila gunung itu jatuh/runtuh menimpa dirinya.” (lihat Fath Al-Bari, 11: 118)
Demikianlah sifat seorang muslim. Bahwa dia senantiasa merasa takut dan merasa diawasi oleh Allah. Dia menganggap kecil amal salihnya dan dia mengkhawatirkan dampak perbuatan buruknya meskipun itu kecil. (lihat Fath Al-Bari, 11: 119)
‘Aisyah radhiyallahu ’anha mengatakan, “Adalah kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila telah keluar dari buang air (kamar kecil), beliau mengucapkan
غفراك
(Artinya ‘Kami mohon ampunan-Mu, ya Allah).” (HR. Abu Dawud dan lain-lain)
Makna doa ini adalah “Aku memohon ampunan-Mu kepada-Mu, ya Allah.” Yaitu, Engkau tutupi dosa-dosaku dan Engkau tidak menghukumku karena dosa-dosa itu. (lihat keterangan Syekh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah dalam Tashilul Ilmam bi Fiqhil Ahadits min Bulughil Maram, 1: 242)
Hikmah dari bacaan ini adalah apabila seorang telah menunaikan hajatnya (dengan membuang kotoran secara fisik), hendaklah dia mengingat kotoran secara maknawi yang mengganggu kehidupannya, yaitu dosa-dosa. Karena, sesungguhnya menanggung dosa lebih berat dan lebih membahayakan daripada menanggung kotoran yang berupa ‘air besar’ atau ‘air kecil’. Oleh sebab itu, sudah sepantasnya kita mengingat dosa-dosa kita dan memohon ampunan Allah atasnya. (lihat keterangan Syekh Al-‘Utsaimin rahimahullah dalam Fathu Dzil Jalal wal Ikram, hlm. 306)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wahai umat manusia, bertaubatlah kepada Allah. Karena sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari kepada-Nya seratus kali.” (HR. Muslim no. 2702)
Imam an-Nawawi rahimahullah berkata setelah menjelaskan kandungan hadis ini, “Adapun kita (apabila dibandingkan dengan Nabi) maka sesungguhnya kita ini jauh lebih membutuhkan istighfar dan taubat.” (lihat Syarh Muslim [8: 293]). Benarlah apa yang dikatakan oleh An-Nawawi rahimahullah. Semoga Allah merahmati dan mengampuni kita dan beliau.
Semoga bermanfaat.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Haji umroh sesuai sunnah bersama hudaya safari tour & travel. Informasi lebih lanjut di WA Center Kami https://wa.me/6282112135575 atau kunjungi https://www.hudayasafari.com . Ikhtiar Anda Ke Tanah Suci, Adalah Semangat Bagi Para Da’i.